Saksikan Puncak Hujan Meteor Perseid

Rabu, 11 Agustus 2010


Penampakan hujan meteor Perseid tahun ini di Indonesia akan mencapai puncaknya pada 13 Agustus dini hari. Meski lokasi terbaik untuk melihat hujan meteor ini adalah negara-negara di belahan Bumi utara, wilayah Indonesia yang terletak di khatulistiwa dapat melihat beberapa puluh meteor per jam.

"Jangan dibayangkan sebagai hujan meteor yang spektakuler. Hujan meteor ini akan terlihat seperti kelebatan cahaya yang berujung pada rasi Perseus. Ada sekitar puluhan meteor setiap jam," kata Kepala Observatorium Bosscha Institut Teknologi Bandung Hakim Luthfi Malasan saat dihubungi dari Jakarta, Rabu (11/8/2010).

Hujan meteor Perseid sudah berlangsung sejak 17 Juli dan akan berlangsung hingga 24 Agustus. Puncaknya diperkirakan terjadi pada 13 Agustus pukul 06.30-09.00 WIB.

Pengamatan hujan meteor paling baik dilakukan selepas tengah malam hingga menjelang fajar. Karena puncak hujan meteor terjadi pada pagi hari, akan sulit bagi masyarakat Indonesia untuk menyaksikan.

Dari Indonesia, posisi rasi Perseus berada di arah timur laut. Di wilayah barat Indonesia, rasi ini terbit sekitar pukul 01.00. Akibatnya, saat menjelang fajar, posisinya masih terlalu rendah, sekitar 30 derajat dari horizon. Wilayah Indonesia timur lebih beruntung karena posisi rasi Perseus lebih tinggi sehingga hujan meteor itu lebih mudah diamati.

Peneliti Observatorium Bosscha, M Irfan, mengatakan, kondisi ideal untuk mengamati meteor adalah langit yang cerah dan lokasi dengan medan pandang yang luas ke segala arah. Karena itu, lokasi yang baik ialah daerah pedesaan yang tidak banyak cahaya lampu serta daerah tinggi.

”Pengamatan bisa dilakukan di dalam kota, tetapi kemungkinan melihat meteornya akan sangat rendah,” katanya.

Yang perlu diwaspadai adalah kemungkinan terlihatnya meteor lain yang tidak termasuk dalam hujan meteor Perseid. Meteor yang termasuk dalam hujan meteor Perseid mengarah dari utara ke selatan. Adapun yang arahnya di luar itu adalah meteor biasa yang muncul setiap malam.

Hakim mengatakan, batu-batu yang menjadi sumber hujan meteor Perseid ini berasal dari komet 109P/Swift-Tuttle. Setiap bulan Agustus, Bumi memasuki bekas lintasan komet itu sehingga debu-debu dan batu yang tersisa di lintasan komet masuk ke atmosfer Bumi sebagai hujan meteor, dengan kecepatan sekitar 60 kilometer per detik. Posisi terdekat komet ini dengan Matahari yang terakhir terjadi pada 1992.

Meski hujan meteor Perseid sudah berlangsung sejak tahun 1990-an, hingga kini hujan meteor tersebut tetap terjadi. Menurut Hakim, hal itu terjadi karena besarnya diamater inti komet, yang menurut space.com mencapai 9,7 kilometer.

Walau terjadi berulang, hujan meteor ini tidak akan menimbulkan efek berarti bagi Bumi. Dalam jangka panjang, lanjut Hakim, banyaknya hujan meteor bisa menimbulkan penumpukan debu di bagian atas atmosfer Bumi sehingga bisa menghalangi cahaya Matahari.

Debu tersebut juga dapat mengotori motor satelit yang memicu rusaknya satelit buatan manusia. (MZW)

Siapa Abu Bakar Ba'asyir?

Senin, 09 Agustus 2010


JAKARTA, KOMPAS.com — Pendiri dan pengasuh Pondok Pesantren Al-Mukmin, Abu Bakar Ba'asyir, ditangkap polisi Senin (9/8/2010) pagi ini di Ciamis, Jawa Barat. Ia diduga terkait dengan aksi terorisme di Indonesia. Siapakah Abu Bakar Ba'asyir?
Abu Bakar Ba'asyir bin Abubakar Abud atau biasa dipanggil Ustaz Abu lahir di Jombang, 17 Agustus 1938. Ia pernah menjadi siswa Pondok Pesantren Gontor, Jombang, Jawa Timur, lulus 1959 dan merupakan alumnus Fakultas Dakwah Universitas Al-Irsyad, Solo, Jawa Tengah, lulus tahun 1963.
Ustaz Abu pernah menjadi aktivis Himpunan Mahasiswa Islam Solo dan menjabat Sekretaris Pemuda Al-Irsyad Solo. Pada tahun 1961 ia terpilih menjadi Ketua Gerakan Pemuda Islam Indonesia, Ketua Lembaga Dakwah Mahasiswa Islam, dan memimpin Pondok Pesantren Al-Mukmin, Ngruki, Solo, Jawa Tengah, pada 1972. Sekembalinya ke Indonesia dari Malaysia, Ba'asyir menjadi Ketua Organisasi Majelis Mujahidin Indonesia (MMI), tahun 2002.
Ba'asyir mendirikan Pondok Pesantren Al-Mukmin, Ngruki, pada 10 Maret 1972. Pondok yang kemudian dikenal sebagai pesantren Ngruki itu didirikannya bersama Abdullah Sungkar, Yoyo Roswadi, Abdul Qohar H Daeng Matase, dan Abdullah Baraja.
Pondok Pesantren seluas 8.000 meter persegi ini berlokasi di Jalan Gading Kidul 72 A, Desa Ngruki, Kabupaten Sukoharjo, Jawa Tengah.
Adapun penangkapan kali ini bukanlah yang pertama. Tahun 1983, Abu Bakar Ba'asyir ditangkap bersama dengan Abdullah Sungkar oleh pemerintah Orde Baru. Ia dituduh menghasut orang menolak asas tunggal Pancasila. Ia juga melarang santrinya melakukan hormat bendera karena menurut dia itu perbuatan syirik. Di pengadilan, keduanya divonis 9 tahun penjara.
Namun tahun 1985, Ba'asyir dan Abdullah Sungkar melarikan diri ke Malaysia saat mereka dikenai tahanan rumah. Di Malaysia itulah Ba'asyir disebut-sebut membentuk gerakan Islam radikal, Jemaah Islamiah, yang menjalin hubungan dengan Al Qaeda. Meski demikian, Ba'asyir tidak pernah mengakui keberadaan Jemaah Islamiah.

 
 
 
 
Copyright © Ardhana Selokarto