Teknologi dan Industri Kapal Cepat Berkelas Dunia Produksi Banyuwangi

Sabtu, 31 Juli 2010


30 Juli 2010 -- Quality Assurance adalah pokok utama dalam menjaga dan meningkatkan kualitas inovasi pengembangan dan produksi berkelas dunia, demikian catatan penting yang diperoleh dari Eman Mansur, salah satu tenaga ahli di bidang composite, pada saat mendampingi tim bersama berbagai lembaga yaitu Hari Purwanto,Staf Ahli Menristek Bidang Hankam, Kementerian Riset dan Teknologi, Mayjen Mar Baharuddin, Staf Ahli Panglima TNI Bidang Industri Teknologi Militer, Markas Besar TNI, serta Edy Siradj, Staf Ahli Menhan Bidang Industri Teknologi Pertahanan dan Brigjen TNI Agus Suyarso, Direktur Teknologi Industri Pertahanan, Kementerian Pertahanan dalam kunjungan kerja lapangan pada Kamis, 29 Juli 2010 di galangan kapal cepat PT Lundin Industry Invest Banyuwangi.

Dalam kunjungan kerja tersebut, membuktikan bahwa kualitas dan daya saing industri memerlukan dukungan keterlibatan lembaga litbang dan pengujian serta perguruan tinggi, dalam hal ini diantaranya tercatat Balai Pengkajian dan Penelitian Hydrodinamika, BPPT dan ITS Surabaya serta universitas New Zealand terlibat dalam mendukung pengujian model berbagai inovasi produk kapal cepat yang saat ini telah mendapat kepercayaan pangsa pasar kapal cepat dari Brunei, Malaysia, Thailand, Italy serta tentu saja dalam negeri guna kepentingan sipil (sport, diving, fishing, turisme) maupun militer (patroli keamanan pantai dan perairan laut) diantaranya jenis X2K Special Ops RIB dan X2K Interceptor RIB yang sangat dikenal.

RI Raih Medali Emas di Kejuaraan Matematika Internasional

Minggu, 25 Juli 2010

Empat siswa Indonesia berhasil meraih medali emas pada kejuaraan matematika tingkat dunia, Po Leung Kuk 13Th Primary Mathematics World Contest (PMWC) di Hong Kong.

Keempat siswa tersebut adalah siswa SD Universal Jakarta Utara Nicholas Steven Husada, siswa SD Al Azhar 13 Rawamangun Jakarta Rezky Arizaputra, siswa SD Al Izhar Pondok Labu Jakarta Agasha Kareef Ratam, siswa SD Santa Ursula Jakarta Stanley Oralando.

Mereka tiba di Bandara Soekarno Hatta Rabu (14/7/2010) sore ini, dan disambut oleh Dirjen Pendidikan TK dan SD Kemendiknas Mujito.

Dijelaskannya, Indonesia memenangkan medali emas pada kategori tim, sementara dalam taraf kategori individu hanya meraih medali perak.

"Standar penilaian tahun ini lebih tinggi dibandingkan tahun lalu. Meski demikian, kami tetap bangga dengan prestasi ini," papar Mujito.

PMWC merupakan kompetisi matematika yang diperuntukan bagi siswa sampai grade IX atau setingkat SD hingga SMP. Para peserta PMWC, berasal dari 14 negara yaitu Bulgaria, China, Hong Kong, India, Indonesia, Malaysia, Macau, Filipina, Rusia, Singapura Afsel, Taiwan, Thailand, dan Amerika.

Deputi tim leader, Lukita Ambarwati menyatakan, tim Indonesia telah bekerja maksimal. "Hanya saja, tim standar penilaian yang meningkat, lawan-lawan tahun ini juga lebih tangguh," papar dosen UNJ ini.

Menurut Lukita, prestasi tersebut termasuk bagus mengingat Indonesia baru empat kali mengikuti lomba ini, dan hanya mendapat jatah mengirimkan satu tim.

RI Raih 2 Emas di Olimpiade Biologi Internasional

Tim Olimpiade Biologi Indonesia (TOBI) meraih dua emas dan dua perunggu pada International Biology Olympiad (IBO) ke-21 di Changwon, Korea Selatan, 12-17 Juli lalu.

Peraih emas adalah siswa SMAN 1 Pringsewu, Lampung Irfan Haris, dan siswa SMAK BPK Penabur, Jakarta Harun Reza Sugito. Irfan berada pada posisi ke-6, sedangkan Harun menempati urutan ke-10.

Sementara, medali perunggu diraih oleh siswa SMAN 1 Wonogiri Danang Crysnanto, dan siswa MAN Insan Cendikia, Tangerang, Thoriq Salafi.

Direktur Pembinaan SMA Kementerian Pendidikan Nasional (Kemendiknas) Sungkowo menyatakan, tahun ini merupakan kali kesepuluh keikutsertaan Indonesia dalam IBO.
Menurutnya, prestasi yang diraih tim Indonesia merupakan prestasi luar biasa mengingat tidak ada pembinaan khusus bagi para peserta.

"Tahun lalu kita hanya dapat perak. Alhamdulillah tahun ini kita dapat emas," ujar Sungkowo saat menjemput tim di Bandara Soekarno Hatta, Senin (19/7/2010) malam.

Sementara itu, Ketua Tim Pembina TOBI 2010 Agus Dana Permana mengatakan, kesuksesan Indonesia merupakan buah dari semangat, kepandaian, kerja keras, serta keuletan keempat siswa tersebut.

Seleksi untuk TOBI dimulai pada tingkat sekolah, kabupaten/kota, propinsi, hingga tingkat nasional. Mereka yang lulus seleksi kemudian mendapat pembinaan dari para guru -khususnya bidang Biologi, para dosen pembimbing dan asisten IBO dari Sekolah Ilmu Tumbuhan dan Hayati Institut Teknologi Bandung (SITH ITB), Universitas Airlangga (Unair), Universitas Pendidikan Indonesia (UPI), Institut Pertanian Bogor (IPB), serta psikolog dan tim pembina motivasi dari ITB.

sumber kompas

Indonesia Raih 4 Emas Olimpiade Fisika Internasional

Kabar gembira datang dari Tim Olimpiade Fisika Indonesia (TOFI) yang berlaga pada Olimpiade Fisika Internasional ke-41 2010 di Zagreb, Kroasia. Tim yang dikomandoi alumnus TOFI Hendra Kwee menyabet empat medali emas.

Seperti dikutip dari keterangan tertulis Minggu (25/7/2010), peraih emas Indonesia adalah siswa SMA Lokon St. Nikolaus Tomohon, Sulawesi Utara, Christian George Emor; siswa SMAK Penabur Gading Serpong, Banten, David Giovanni; siswa SMAN 12 Jakarta, Kevin Soedyatmiko; dan siswa SMAN 1 Pamekasan, Madura, Muhammad Sohibul Maromi. Sementara, satu perak disumbangkan oleh siswa SMAN 1, Yogyakarta, Ahmad Ataka Awwalur Rizqi.

Prestasi ini merupakan sebuah kemajuan. Tahun lalu, Indonesia hanya mampu meraih satu emas, tiga perak, dan satu perunggu dari ajang yang sama di Merida, Mexico. Capaian para siswa Indonesia tersebut merupakan buah dari pembinaan intensif di Surya Institute selama delapan bulan yang didanai oleh Kementerian Pendidikan Nasional(Kemendiknas). Surya Institute merupakan yayasan yang didirikan Yohanes Surya sebagai tempat penggemblengan wakil-wakil Indonesia di Olimpiade Fisika Internasional.

Tahun ini, Olimpiade Fisika Internasional diikuti 82 negara, lebih banyak dibandingkan peserta tahun lalu yang berjumlah 70 negara. Total peserta adalah 376 siswa.

RI-Korsel Sepakat Bangun Jet Tempur


Indonesia sepakat bergabung dalam proyek pengembangan jet tempur KF-X,Korea Selatan (Korsel), yang tertunda selama beberapa tahun akibat masalah teknis dan pendanaan.

Kedua negara juga sepakat untuk bekerja sama dalam produksi dan pemasaran jet tempur tersebut. “Indonesia akan memperoleh sekitar 50 jet tempur KF-X dengan menanggung 20% biaya pengembangan proyek bernilai miliaran dolar AS itu,” ungkap Kementerian Pertahanan Korsel dalam rilisnya. Kesepakatan itu ditandatangani di Seoul oleh Komisioner Kementerian Pertahanan Korsel dan Sekretaris Jenderal (Sekjen) Kementerian Pertahanan (Kemhan) Indonesia Marsekal Madya TNI Erris Herryanto kemarin.Menurut Juru Bicara Kementerian Pertahanan Korsel,proyek ini akan kembali dimulai awal tahun depan. Adapun produksi jet-jet tempur baru dilakukan setelah studi kelayakan rampung pada akhir 2012.


“Kami juga memerlukan mitra asing yang akan mentransfer teknologi dan suku cadang utama jet tempur tersebut,” ujarnya tanpa menyebutkan total dana yang diperlukan. Proyek jet tempur KF-X sebenarnya sudah diluncurkan tahun 2000,tapi ditangguhkan karena masalah teknis dan ekonomi.Presiden Lee Myung-bak pada Januari lalu setuju untuk mendorong proyek tersebut di tengah meningkatnya ketegangan antara Korsel dan Korut. Kementerian Pertahanan RI membenarkan kerja sama dengan Korsel dalam memproduksi pesawat tempur KF-X.Pemerintah Indonesia bisa menggunakan fasilitas milik PT Dirgantara Indonesia.

“Kami tidak hanya membeli pesawat tempur, tetapi juga ingin bekerja sama dalam produksinya.Kami berharap fasilitas milik PT Dirgantara Indonesia bisa digunakan untuk hal itu,”kata Juru Bicara Kemhan BrigjenTNI I Wayan Midhio. I Wayan mengatakan KF-X adalah pesawat tempur jenis baru yang memiliki kemampuan tempur andal. Bahkan.Wayan berani mengklaim kemampuan KF-X ini di atas F-16, tapi masih di bawah F-35.Wayan mengakui pemerintah berencana membeli 50 buah KF-X begitu pesawat selesai diproduksi.Tidak hanya membeli, pemerintah juga membantu memasarkan pesawat itu ke negara-negara lain.

“Saya kira, prinsip yang paling utama adalah sekarang negara kita bisa ikut terlibat dalam proses produksinya,jadi ada transfer teknologi,”tuturnya. Juru Bicara TNI Angkatan Udara Laksamana Pertama Bambang Samudro menyatakan kerja sama produksi pesawat tempur dengan Korsel ini adalah bagian dari rencana kedua pihak untuk meningkatkan kemampuan dalam memproduksi pesawat tempur.“Ini adalah kerja sama jangka panjang kedua negara.Kesepakatan ini dicapai setelah melalui pembicaraan panjang,”tuturnya.

Kerja sama produksi pesawat tempur ini, lanjut Bambang,dimulai tahun ini sementara segala persiapan seperti survei dan membuat prototipe akan dilakukan hingga 10 tahun ke depan.Bambang menambahkan, TNI AU akan memakai semua pesawat itu jika pemerintah membelinya.“Yang paling utama, kita tidak hanya membeli, tetapi kita bisa membuat sendiri peralatan tempur kita sebagaimana yang pemerintah inginkan,”katanya. Sekjen Kemhan Marsekal Madya Erris Herryanto sebelumnya mengatakan Indonesia layak untuk berpartner membuat pesawat tempur.Menurut dia,langkah kerja sama dengan Korsel merupakan suatu kemajuan karena tidak banyak negara yang bisa membuat pesawat tempur.


Apabila memiliki pabrik pesawat tempur, Indonesia tidak akan bergantung lagi kepada negara lain. Namun Erris saat itu belum bisa merinci beberapa hal yang tertuang dalam perjanjian itu,termasuk apa saja yang akan diperoleh Indonesia dan apa saja yang harus disediakan. ”Yang jelas, kita punya PT Dirgantara Indonesia dan tenaga ahli,”kata Erris. Dia juga mengungkapkan, spesifikasi pesawat tempur KF-X ini kira-kira berada di atas F-16,tetapi di bawah spesifikasi F-35.Adapun kebutuhan biaya yang diajukan sekitar USD8 miliar dengan jangka waktu kerja hingga tahun 2020.Pada 2020 diharapkan sudah bisa disiapkan lima prototipe.Dari keseluruhan anggaran itu,Indonesia diharapkan menanggung sebesar 20%.

Berdasar informasi yang berkembang, pesawat tempur ini rencananya akan rilis pada 2020 .Rencananya KF-X akan disokong mesin kembar setara dengan kelas General Electric F414 atau SNECMA M88 yang digunakan pada F/A- 18E/F Boeing dan Dassault Rafale. SNECMA menggambarkan M88 sebagai landasan dari keluarga mesin generasi baru. Mitra yang akan dirangkul untuk pengembangan mesin adalah Lockheed Martin yang sebelumnya terlibat dalam desain dan pengembangan pelatih Korea Aerospace T-50 jet supersonik. Proyek KF-X juga akan merangkul sejumlah perusahaan asing. Perusahaan-perusahaan asing akan membayar hingga 30% dari program.

Kepala Tim Pengembangan Sistem Udara Korsel Kolonel AU Dae Yeol-lee sebelumnya mengungkapkan, BAE Systems telah menyatakan minatnya dalam mengembangkan radar, sedangkan Alenia Aeronautica dipercaya untuk memasok senjata utama dari KF-X dan bertanggung jawab pada program neuron kolaboratif untuk mengembangkan teknologi European combat-drone.

SINDO

 
 
 
 
Copyright © Ardhana Selokarto